dari semua hal di dunia, ada yang berada dalam kendali kita, dan ada yang di luar kendali kita. Di dalam kendali kita adalah pikiran, impuls, dan keinginan untuk mencapai sesuatu serta keinginan untuk menghindari sesuatu. Hal yang tidak dalam kendali kita adalah tubuh, properti, pekerjaan, dan, dengan kata lain, semua hal di luar perbuatan kita.
Epictetus, Enchiridion, 1
Kita sering tertipu oleh ilusi bahwa kita memiliki kendali atas banyak hal dalam hidup kita. Ilusi ini sering seolah terkonfirmasi oleh kisah-kisah sukses yang kita alami. Acap kali, saat kita berhasil dalam suatu kegiatan, kita mengira keberhasilan terjadi karena proses perencanaan yang matang, dan eksekusi yang disiplin.
Namun apa yang kita rasakan saat kita menghadapi kejadian yang tidak sesuai dengan keinginan kita? Saat kegagalan datang? Atau saat peristiwa yang sepenuhnya tidak dapat kita kendalikan terjadi? Cemas? Galau? Marah? Kecewa?
Sejatinya, menurut Epictetus, dalam bukunya Enchiridion, semua kejadian di dunia ini dapat di bagi dua saja. Hal-hal yang dapat kita kendalikan, dan yang tidak (atau tidak sepenuhnya) dapat kita kendalikan.
Pembagian peristiwa ke dalam dua kategori ini adalah salah satu ide inti dari filsafat Stoic/Stoa/Teras, yang sering disebut sebagai Dikotomi Kendali (Dichotomy of Control). Kita hanya perlu berfokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan, dan terhadap hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, atau tidak sepenuhnya bisa kita kendalikan, kita seharusnya bersikap indifferent. Indifferent ini berarti bersikap cuek atau ala kadarnya, karena hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan itu tidak penting untuk kita pikirkan atau karena kita tidak memiliki kendali atasnya.
Kemampuan memilah tiap kejadian ke dalam dua kategori tersebut, dan kemudian berfokus pada hal-hal yang dapat kita kontrol, serta tidak menggantungkan harapan pada hal-hal diluar kendali kita, akan membuat kita merasa damai. Kedamaian di capai karena dengan latihan dikotomi kendali, kita berlatih untuk tidak menginginkan hal-hal yang berada di luar kendali. Dengan hanya menginginkan apa-apa yang berada di dalam kendali kita, maka kita akan selalu mendapatkan apa yang kita inginkan.
Yang dapat kita kontrol…
Apa saja hal-hal yang dapat kita kontrol? Menurut Epictetus, ternyata sangat sedikit hal yang bisa kita kendalikan, yakni Pikiran, impuls (perbuatan), dan keinginan (keinginan untuk mendapatkan dan keinginan untuk menghindar). Pikiran bisa berarti penilaian atau opini kita atas sesuatu. Setelah kita menilai sesuatu, kemudian kita masuk ke langkah berikutnya: menginginkan atau menghindar. Setelah kita menginginkan sesuatu baru kita melakukan langkah-langkah untuk mencapai keinginan tersebut. Karena hanya pikiran, keinginan dan perbuatan kitalah satu-satunya yang dapat kita kendalikan, maka kita harus hanya berfokus pada hal-hal tersebut.
Yang tidak dapat kita kendalikan…
Lalu apa saja yang tidak dapat kita kendalikan? Ya tentu saja hal-hal diluar pikiran, impuls dan keinginan kita. Hal-hal seperti tubuh kita, kepunyaan/properti kita, reputasi kita, pekerjaan kita, dan semua hal diluar alam kesadaran kita, semuanya merupakan hal-hal yang tidak dapat/atau tidak sepenuhnya dapat kita kendalikan.
Tubuh kita tidak dalam kendali kita? Ya, karena walaupun kita sudah berusaha sekuat tenaga untuk menjaga kesehatan, tetap ada kemungkinan kita terjangkit penyakit; harta atau kepemilikan kita bisa saja hilang karena pencurian atau kecelakaan; reputasi kita bisa saja hancur karena kesalahan yang tidak disengaja atau difitnah orang; kita bisa saja kehilangan pekerjaan tanpa ada kesalahan dari sisi kita, misalnya karena kinerja perusahaan yang buruk.
Bagaimana melatih kemampuan kita untuk menguasai dikotomi kendali?
Seperti halnya yang dilakukan secara rutin oleh para praktisi Stoic, sangat dianjurkan untuk melakukan review harian, yakni mengevaluasi hal-hal penting yang terjadi hari itu. Minggu ini saya akan secara rutin mengupdate peristiwa yang terjadi pada tiap hari dalam minggu ini, dan mendaftar aspek-aspek yang dapat saya kendalikan dan yang tidak dapat saya kendalikan.
Dengan melakukan praktik ini secara rutin, diharapkan kita dapat menginternalisasikan hal-hal yang dapat kita kendalikan dan yang tidak dapat kendalikan, dan ke depannya kita akan terbiasa dan secara refleks dapat mengkategorikan mana-mana saja yang masuk dalam kendali kita sehingga kita hanya berfokus pada hal-hal tersebut.
Contoh latihan harian…
Hari 1: Seorang teman (wanita) meminta saran bagaimana menghadapi anak remaja-nya yang nakal dan sering bolos sekolah. Teman tersebut baru beberapa bulan ini bercerai dengan suaminya, dan hubungan keduanya setelah perceraian tidak baik dan terus diwarnai konflik. Akibat dari perceraian tersebut, anak laki-lakinya seringkali memanfaatkan situasi tersebut dengan berbohong bahwa ia akan menginap di rumah ayahnya, sementara sebenarnya ia tidak menginap di rumah ayahnya namun keluyuran bergadang bersama teman-temannya.
Dalam Kendali | Di Luar Kendali |
Ingin ex-suami agar dapat bekerja sama dalam berkomunikasi dan mendidik anak | Respon suami terhadap ajakan kerjasama. Sang suami karena dilandasi emosi yang masih kuat bisa saja menolak walaupun ajakan kerja sama tersebut untuk kebaikan anak. |
Ingin hubungan dengan ex-suami menjadi lebih baik | Respon suami dan keluarga keluarga suami terhadap usahanya untuk menjalin silaturahmi |
Ingin berdialog dengan anak dan mengajarkan dia agar tidak berbohong | Respon anak. Anak bisa saja tetap tidak mengaku telah berbohong dan menolak ajakan dialog |
Ingin menjadi teman bagi anak | Respon anak. Anak bisa saja tidak mau mengikuti ajakan kita untuk hang-out bareng |
Di sini dapat kita lihat bahwa yang kita dapat kontrol adalah semuanya keinginan kita berdasarkan pikiran dan penilaian kita. Sementara semua hasilnya semua berada di luar kendali kita…
Hari 2: Hari ini mendapat tugas untuk mengkoordinasikan acara workshop dengan customer meliputi persiapan materi yang akan dipresentasikan, konsumsi peserta sampai transportasi untuk customer mulai dari datang sampai pulang kembali ke kantor mereka.
Dalam Kendali | Di Luar Kendali |
Berniat datang lebih awal waktu agar dapat lebih tenang sebelum workshop di mulai | Benar-benar bisa datang tepat waktu. Bisa saja datang telat karena macet |
Berusaha menyiapkan materi dengan baik yang dapat memberi manfaat bagi customer | Respon customer apakah akan menyukai materi tersebut atau tidak |
Berusaha mempersiapkan konsumsi peserta dengan baik sesuai dengan budget yang tersedia | Respon customer. Bisa saja ada customer yang tetap merasa konsumsi yang dipersiapkan tidak enak |
Hari 3: Hari ini dalam kelas English Toastmasters mendapat assignment sebagai speaker.
Dalam Kendali | Di Luar Kendali |
Ingin mempersiapkan materi speech beberapa hari sebelumnya dan berlatih di cermin atau di depan anggota keluarga agar confident dan tidak gugup saat memberikan speech | Banyak hal bisa terjadi dalam proses persiapan. Misalnya saja, beban pekerjaan kantor yang membuat waktu yang tersedia tidak cukup untuk persiapan. |
Pikiran yang aku katakan pada diri sendiri untuk menenangkan diri saat gugup | Perasaan gugup saat berbicara di depan kelas |