Yang Terpenting adalah Akhlak!

Setiap orang tua tentu saja menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Ingin anaknya cerdas sehingga mendaftarkan anak-anaknya ke sekolah yang mahal, les setelah selesai sekolah, dan berbagai kursus lain yang menunjang, dengan harapan semoga anaknya kelak mendapatkan kehidupan layak yang lebih baik dari orang tuanya.

Orang tua ingin anaknya kelak hidup berkecukupan dan tidak bisa membayangkan anak-anaknya hidup sengsara.

Ada juga orang tua yang terlalu ekstrim dalam menyayangi anak-anaknya. Begitu protektif, sehingga anak-anak diawasi berlebihan. Istilahnya helicopter parent. Mau main dengan teman tidak boleh, mau pergi kemping tidak boleh.

Jenis orang tua yang lain, yang saking sayangnya terhadap anak, tidak tahan untuk tidak memenuhi segala kebutuhan anak. Begitu minta langsung ada. Tidak tahan melihat anak-anaknya bersedih apalagi sampai menangis.

Maka para orang tua semakin giat bekerja untuk memastikan mereka cukup memiliki uang untuk membiayai sekolah mahal anak-anak mereka tersebut. Bahkan mereka berpikir sampai jauh, hingga sampai memikirkan pekerjaan yang akan didapat oleh anak-anak mereka, berapa biaya pernikahan mereka, di mana mereka akan tinggal, dan biaya untuk membelikan mereka rumah kelak ketika sudah menikah.

Tentu saja pendidikan formal penting, dan salah satu kewajiban kita sebagai orang tua adalah untuk memikirkan biaya agar anak-anak kita bisa memperoleh pendidikan setinggi mungkin. Namun seringkali kita lupa ada aspek pendidikan lain yang lebih penting sehingga kita orang tua tidak boleh lengah dalam membekali mereka dengan aspek tersebut. Jangan sampai kesibukan kita dalam mengejar uang malah melalaikan kita dari hal tersebut.

Aspek ini adalah akhlak atau karakter yang baik. Ajarkanlah anak-anak anda bahwa yang terpenting untuk mereka kuasai adalah akhlak. Itulah tujuan hidup mereka. Memiliki karakter yang baik sehingga walau apapun yang terjadi pada diri mereka kelak, kemanapun takdir membawa mereka, mereka akan dapat menjalaninya dan dapat mengubah segala bentuk kesulitan menjadi ladang untuk beramal.

Bukan harta, reputasi, yang mereka kejar, namun kesempatan untuk terus menyempurnakan diri untuk menjalani hidup sesuai fitrahnya: manusia berakhlak yang bermanfaat bagi dirinya dan orang sekitarnya.

Simaklah tulisan Douglas McArthur berikut tentang harapannya bagi anak laki-lakinya. Adakah harapan tentang karir, harta, dan reputasi? Tidak. Karena walaupun semua hal itu lebih disukai untuk kita miliki, namun tidak lah sepenting karakter atau akhlak.

Ya Allah, karuniakanlah aku seorang anak, yang cukup kuat unntuk mengakui kelemahannya, dan cukup berani untuk menghadapi ketakutannya; Anak yang tetap bangga di saat kalah, dan rendah hati di saat menang.

Karunia aku seorang anak yang tidak cuma bisa berharap, tapi juga terus berbuat; seorang anak yang mengenal-Mu, dan paham bahwa mengenal dirinya sendiri adalah pondasi dari pengetahuan.

Tunjukilah Ia, bukan jalan yang mudah dan nyaman, tapi jalan yang penuh tekanan dan kesulitan serta tantangan. Biarlah ia belajar berdiri tegak dalam badai; biarlah ia belajar mengasihi orang-orang yang gagal.

Anugerahi aku seorang anak yang memiliki hati yang bersih, tujuan yang tinggi; seorang anak yang berusaha untuk menguasai dirinya sendiri sebelum memiliki keinginan untuk menguasai orang lain; orang yang terus berusaha menggapai masa depan dan terus belajar dari pengalaman masa lalu.

Dan ketika semua itu telah ia kuasai, Ya Allah, tambahkanlah sifat jenaka dalam dirinya, sehingga walaupun seringkali ia akan serius, dia tidak akan mengganggap dirinya terlalu serius dan penting. Berkahilah ia dengan rasa malu, sehingga dia akan selalu ingat kesederhanaan dalam kehebatan, keterbukaan pikiran dalam kebijaksanaan, dan kelemahan dalam kekuatan.

Sehingga aku, ayahnya, kelak akan bisa berucap, “hidupku tidaklah sia-sia”

Jendral Douglas Mc Arthur

Leave a Reply