Minggu 6: Premeditatio Malorum, Persiapkan Diri Untuk Menghadapi Saat Sulit

Jika suatu musibah telah diperkirakan sebelumnya, maka efeknya akan terasa lebih ringan. Manusia akan mampu bertahan dengan keberanian yang lebih besar, ketika sudah terbiasa dengan peristiwa tersebut. Oleh karenanya manusia bijak akan selalu membiasakan dirinya dengan masalah yang mungkin akan datang.
Terkadang kita mendengar orang berkata: “Saya tau hal ini akan terjadi pada saya.” Akan tetapi orang bijak tahu bahwa semua hal bisa terjadi padanya. Sehingga untuk tiap kejadian dia berkata: “Saya tahu ini akan terjadi”

Seneca, Letter to Lucilius, 76.34-35

Premeditatio malorum, ini bukanlah mantra Harry Potter untuk memusnahkan penyihir jahat, walaupun sama-sama berasal dari kata latin. Tapi kalo dipikir-pikir, premeditatio malorum ini juga kita bisa gunakan sebagai mantra untuk lebih kuat menghadapi permasalahan hidup.

Sama dengan banyak mantra Harry potter yang berasal dari kata latin, premeditatio malorum juga berasal dari kata latin yang berarti membayangkan kesulitan/musibah di masa depan. Para pendahulu Stoic berkeyakinan, musibah atau kesulitan tidak akan terasa seperti kesulitan lagi jika kita sudah membiasakan diri dengan kesulitan tersebut.

Coba anda pikirkan. Dulu saya sangat cemas dan takut jika harus disuruh untuk maju berbicara di depan umum atau banyak orang. Ada kekhawatiran akan salah kemudian ditertawakan atau dicemooh oleh orang lain walaupun mungkin orang lain tersebut tidak menampakkannya. Namun, pada suatu waktu, saya menyambut ketakutan tersebut dengan menerima tantangan yang sangat besar, yaitu malah memberi materi sebagai trainer selama tiga hari. Dan ternyata setelah itu ketakutan itu menjadi sangat jauh berkurang. Apalagi setelah saya menyadari sebenarnya ketakutan itu juga tidak perlu, karena kekhawatiran akan pendapat orang lain itu tidak pada tempatnya. Kita tidak bisa mengontrol pendapat orang lain. Yang bisa kita kontrol hanyalah pikiran, persepsi dan perbuatan kita. Sehingga kewajiban kita hanya berbuat yang terbaik untuk hal yang berada di depan kita saat ini.

Dari pengalaman tersebut, jelas bahwa kita menjadi lebih kuat terhadap suatu kesulitan jika kita sudah terbiasa. Lalu bagaimana cara para Stoic pendahulu melatih diri mereka untuk bisa siap untuk kesulitan yang mungkin datang di masa depan?

Latihan Premeditatio Malorum

Ada beberapa jenis latihan yang dapat kita lakukan untuk memperkuat diri kita menghadapi kesulitan di masa depan. Berikut kita bahas tiga metode yang bisa kita lakukan

Metode 1: Bayangkan jika rencana anda hari ini gagal atau berantakan

Di pagi hari anda dapat mendaftar rencana kegiatan anda hari ini, dan bayangkan jika kegiatan-kegiatan tersebut berjalan tidak sesuai rencana. Apa yang akan anda lakukan?

Tujuan anda hari ini?kemungkinan berjalan di luar rencanajika berjalan di luar rencana, apa yang ada dalam kendali anda?Apa yang bisa anda katakan pada diri anda jika terjadi di luar rencana?Bagaimana anda mempersiapkan diri anda untuk melaluinya?
Meeting jam 8 pagi di kantor customerterjebak macet karena ada kecelakaanPersepi saya terhadap peristiwa tersebut, bagaimana rencana selanjutnyaHal terburuk yang bisa terjadi adalah ada komplen dari pelanggan ke boss andasaya bisa menelepon untuk mengabari pelanggan anda bahwa anda terjebak macet dan menawarkan jadwal meeting di waktu yang lain

Dengan berlatih seperti di atas, anda sudah siap jika ternyata hal tersebut betul betul terjadi. Daripada marah-marah dan panik sehingga mungkin tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan kemudian, anda akan lebih tenang dan akan mampu menghadapi peristiwa tersebut dengan lebih baik. Di dalam contoh di atas, anda tahu salah satu kemungkinan adalah dengan menelpon pelanggan anda, meminta maaf dan menjelaskan situasi anda, dan menawarkan solusi dengan menawarkan jadwal di waktu yang lain.

Metode 2: Bayangkan jika kesulitan yang terjadi pada orang lain, terjadi pada anda

Hari ini, jika anda melihat kesulitan yang terjadi pada orang lain, bayangkanlah jika hal yang sama terjadi pada anda. Kemudian lakukan hal yang sama seperti Metode 1. Apa yang anda akan lakukan jika hal tersebut terjadi pada anda?

Metode 3: Bayangkan kesulitan dengan mengimajinasikannya

Dalam metode ini kita membayangkan hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi dalam hidup kita, benar terjadi. Mulai dari hal sederhana, misal anda menjatuhkan smartphone yang baru saja anda beli tidak sengaja ke dalam got atau sampai ke hal yang ekstrim, misalnya orang yang sangat anda cintai meninggal. Dengan latihan ini, harapannya kita akan semakin membuat diri kita tidak terlalu terikat pada hal-hal eksternal dalam hidup kita.

Pada saat anda mulai pertama kali, jangan langsung latihan dengan hal yang sulit. Mulailah dengan hal-hal sederhana, kemudian perlahan menaikkan intensitasnya.

Sisihkan waktu anda sebanyak 10 menit setiap hari dalam minggu ini untuk berlatih. 10 menit adalah waktu yang cukup lama untuk membuat pikiran anda terbiasa dengan peristiwa tersebut, atau bahkan mungkin jika sudah terbiasa, anda akan bosan.

Anda mungkin juga akan mengalami semacam ketidaknyamanan emosi saat melakukan latihan ini. Hal tersebut adalah normal. Terus lanjutkan dan biarkan diri anda berada dalam ketidaknyamanan tersebut. Siapkan frase-frase sederhana sebagai penyemangat. Misal: “Aku melakukan ini agar menjadi orang yang lebih berani dan tidak mudah cemas”.

Internalisasikan langkah berikut pada saat latihan:

  1. Pejamkan mata dan bayangkan kejadian yang tidak mengenakkan itu dari sudut pandang anda, seolah benar-benar terjadi saat ini. Telusuri detilnya, apa yang anda dengar, yang anda baui, yang anda rasakan. Jika anda ingin menggunakan kata-kata, gunakan kata-kata yang mewakili saat ini dan sudut pandang orang pertama.
  2. Lanjutkan tiap adegan sampai selesai. Setelah selesai, buatlah catatan yang merekam pengalaman mental anda, tentang seberapa kuat emosi negatif yang anda rasakan dari skala 1 sampai dengan 10
  3. Ulangi visualisasi di langkah 1, dan kemudian rate kembali pengalaman tersebut.
  4. Ulangi sampai 10 menit timer anda selesai.

Anda akan merasakan ketidaknyamanan emosi yang semula tinggi, perlahan menurun. Untuk hal-hal yang sangat intense, mungkin anda akan tetap merasakan tingkat emosi yang cukup tinggi. Tidak mengapa, karena proses pembiasaan untuk hal-hal yang sangat dramatis dan berat tentu saja membutuhkan waktu.

Leave a Reply